LAPORAN HASIL
KULIAH KERJA PROFESI (KKP)
KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI LINGKUNGAN DUSUN
TOKKA DESA BONTOMARANNU KECEMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS
16 September 2019 S/D 12 Oktober 2019
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Ø IQBAL
MAULANA SAID, S.Kep
Ø HENDRIK
HENDRIKSON IBA, S.Kep
Ø RUSNA
SIGMARLATU, S.Kep
Ø NURLAILA
HI. ARFA, S.KEP
Ø RENO
PAUKUMA, S.Kep
Ø MAHARANI
BALA PUTRI, S.Kep
Ø ABIDIN MU
HAMMAD ALI, S.Kep
Ø JEVERSON
ORNO, S.Kep
Ø APELEKS
ULLO, S.Kep
Ø HARTINI,
S.Kep
Ø YUBE
INYOMUSI, S.Kep
Ø ISMAWATI
AKMAL, S.Kep
Ø SA’BAN
SUBANG, S.Kep
Ø NURLISA
JAMLEAN, S.Kep
Ø
MARTHA.Y.ELISA YANIT, S.Kep
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AMANAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan
Ini Telah Mendapat Persetujuan Dari :
P
E M B I M B I N G
Dr. Zainal
S,Kep,Ns,M,Kes
NIDN.
Mengetahui
:
Koordinator
Mata Ajaran Keperawatan Komunitas
Ns. Muhammad Rusdi, S.Kep, M.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya seluruh kegiatan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas (PPKK) di Dusun Tokka, Desa Bontomarannu, Kecamatan
Moncongloe, Kabupaten Maros dan penyusunan laporan
hasil kegiatan PPKK dapat diselesaikan.
Kegiatan praktik
dan penyusunan laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan, bimbingan dan kerjasama
berbagai pihak. Untuk itu bersama dengan ini kami ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1.
Bapak DR. Zainal S,Kep Ns M,Kes selaku Ketua Stikes Amanah Makassar
2.
Ibu Ns. Asmiana Saputri Ilyas S,Kep,Ns, M,KeS selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Stikes Amanah Makassar
3.
Bapak Ns.
Muhamaad Rusdi S,Kep, M, Kes selaku Koordinator mata
ajaran Keperawatan Komunitas.
4.
Bapak Darman Middi, selaku kepala desa beserta stafnya
5.
Kepala Puskesmas Moncongloe
6.
Bapak Syamsu hadi dan keluarga, selaku Kepala dusun tokka beserta jajarannya
7.
Ibu dusun, selaku orang tua, tuan
rumah tempat kami tinggal di lokasi PPKK yang begitu besar bantuannya..,
8.
Masyarakat Dusun Tokka pada khususnya
dan Masyarakat dusun Tokka pada umumnya.
9.
Rekan-rekan mahasiswa PPKK Stikes Amanah Makassar
Kami
menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu permohonan
maaf kami haturkan sebelumnya serta segala kritik dan saran sangat kami
harapkan adanya.
Harapan kami
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
didalamnya, khususnya seluruh aparat, Lingkungan dan kecamatan yang terkait.
Tokka, Oktober 2019
P e n y u
s u n
Mahasiswa KKP Kelompok
III
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Lembar Persetujuan...................................................................................................... ii
Kata Pengantar.............................................................................................................. iii
Daftar Isi......................................................................................................................... v
Abstrak........................................................................................................................... vi
Daftar Tabel................................................................................................................... vii
Daftar Lampiran........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
Bab II TINJAUAN TEORITIS
A. Pelayanan
Kesehatan Utama....................................................................... 6
B. Konsep
Keperawatan Komunitas................................................................ 9
C. Asuhan
Keperawatan Komunitas................................................................ 12
BAB III .......................................................................................................................... APLIKASI
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DUSUN TOKKA DESA BONTOMARANNU KECAMATAN MONCONGLOEKABUPATEN MAROS
A. Persiapan...................................................................................................... 17
B. Pengkajian.................................................................................................... 20
C. Analisa Data................................................................................................. 32
D. Perencanaan................................................................................................. 35
E. Implementasi................................................................................................ 39
F. Evaluasi........................................................................................................ 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.................................................................................................... 49
B. Perencanaan................................................................................................. 51
C. Implementasi................................................................................................ 51
D. Evaluasi........................................................................................................ 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 64
B. Saran-saran................................................................................................... 66
Daftar Pustaka
Lampiran-lampira
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Plan of Action
Intervensi Masalah Kesehatan Masyarakat dusun Tokka
Lampiran
2 : Pre
Planning Pertemuan I dan Laporan Kegiatan Pertemuan I
Lampiran 3 : Pre Planning
Pertemuan II dan Laporan Kegiatan Pertemuan II
Lampiran
4 : Pre
Planning Pertemuan III dan Laporan
Kegiatan Pertemuan III
Lampiran 6 : Pre
Planning Pelaksanaan Posyandu bayi
dan balita dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu I
Lampiran 7 : Pre Planning
Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil dan Laporan Hasil Pelaksanaan Penyuluhan
Kesehatan Ibu Hamil
Lampiran 8 : Pre Planning Kerja Bakti dan Laporan
Hasil Kegiatannya
Lampiran 9 : Pre Planning
Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dan Laporan Kegiatan
Lampiran 10 : Pre Planning
Penyuluhan Kesehatan Lansia dan Laporan kegiatannya
Lampiran 11 : Pre Planning
Pelaksanaan Posyandu Lansia dan Laporan Hasil Kegiatannya
Lampiran 12 : Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) penyuluhan Diare dan leafletnya
Lampiran 13 : Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) penyuluhan Kesehatan PHBS dan
leafletnya.
Lampiran 14 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
Penyuluhan Proses Menjadi Tua dan leafletnya
Lampiran 15 : Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) Penyuluhan Penyakit Hipertensi dan leafletnya
Lampiran 16 : Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) Penyuluhan Penyakit asam lansia dan leafletnya
Lampiran 17 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Penyuluhan
Air bersih dan leafletnya
Lampiran 19 : Format Pengkajian
Lampiran 20 : Surat-surat
keluar Posko III
Lampiran 21 : Daftar
Hadir Kegiatan-kegiatan Posko dusun
tokka
Lampiran 22 : Foto-foto
Kegiatan Keperawatan Komunitas Lingkungan dusun tokka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya besar bangsa Indonesia dalam meluruskan
kembali arah pembangunan nasional yang telah dilaksanakan dalam tiga dasawarsa
terakhir ini, menuntut reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala
bidang. Untuk bidang kesehatan, guna meningkatkan daya tangkal dan daya juang
pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan nasional, diadakan
peninjauan kembali terhadap kebijakan pembangunan kesehatan.
Perubahan pemahaman akan konsep sehat
dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi
tentang determinan penyebab penyakit yang multi factorial telah mengugurkan
paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan
bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih
meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat adalah
suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia
Sehat 2010. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang
dalam jangka panjang maupun mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Perawatan kesehatan masyarakat
merupakan bidang khusus (spesialis) dalam ilmu kperawatan yang merupakan
gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan sosial yang memerlukan
dukungan peran serta aktif masyarakat. Keperawatan komunitas adalah salah satu
bagian integral dari pelayanan kesehatan di Indonesia, memiliki kontribusi yang
nyata dalam pembangunan kesehatan terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah
melalui paradigma sehat menuju Visi Indonesia Sehat 2010.
Dalam rangka turut serta mendukung
kebijakan pemerintah tentang kesehatan tersebut maka Program Studi Profesi Ners Stikes Amanah Makassar sebagai salah satu institusi
pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka mempersiapkan tenaga
keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui Praktek Profesi Keperawatan
Komunitas. Kegiatan tersebut merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya
bidang pengabdian masyarakat. Praktek Profesi Keperawatan Komunitas juga
merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktek klinik keperawatan bagi
mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary Health Care.
Untuk mengimplementasikan teori
keperawatan komunitas, mahasiswa Program Profesi Ners Amanah Makassar melaksanakan praktek
lapangan di Dusun Tokka, Desa Bontomarannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros mulai dari tanggal 15 September 2019 sampai dengan 12 Oktober 2019. Secara umum kondisi
masyarakat di wilayah ini cukup rawan dengan masalah kesehatan tingkat
pendidikan yang rendah serta lingkungan pemukiman yang kurang memenuhi syarat
kesehatan.
B. TUJUAN
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas ini bertujuan agar mahasiswa
mampu :
1.
Menganalisa program kesehatan
komunitas yang dapat menanggulangi masalah kesehatan utama di Indonesia.
2.
Menerapkan proses keperawatan
dengan bekerja sama dengan keluarga/ kelompok/ masyarakat dalam peningkatan
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan utama di Indonesia.
3.
Mendiskusikan kesehatan sekolah
dan kesehatan usia lanjut dalam keperawatan kesehatan komunitas
4.
Menganalisa isu dan
kecenderungan dalam asuhan keperawatan kesehatan komunitas
5.
Mendemonstrasikan karakteristik
peran perawat profesional seperti accountability, critical thinking, mandiri,
keterampilan komunikasi yang efektif dan kepemimpinan di komunitas.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Praktek Profesi
Keperawatan Komunitas yang dilakukan oleh Posko III mahasiswa Program Profesi Ners selama 4 minggu berlokasi di
lingkungan Tokka Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros.
D.
METODE PENULISAN
Penulisan laporan hasil praktek profesi keperawatan komunitas ini menggunakan metode sebagai berikut :
1.
Studi literatur, dengan membaca
dan mempelajari buku serta makalah yang berhubungan dengan keperawatan
komunitas
2.
Wawancara, dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada warga dan pihak terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui kuesioner.
3.
Observasi, dengan melakukan
pengamatan terhadap pola prilaku atau kebiasaan yang terkait dengan kesehatan
warga dusun Tokka, Desa Bontomarannu,
kec, moncongloe, kab, maros
4.
Winshield survey, dengan mengamati secara sekilas keadaan Dusun Tokka.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan hasil praktek profesi
keperawatan komunitas ini adalah sebagai berikut :
Ø Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, metode serta sistematika penulisan laporan hasil praktek
komunitas.
Ø Bab II. Tinjauan Teoritis
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep teori
pelayanan kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan
komunitas.
Ø Bab III. Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di dusun Tokka, kec, Moncongloe, Kabupaten Maros.
Pada bab ini akan diuraikan tentang kegiatan-kegiatan
mahasiswa selama menjalankan proses asuhan keperawatan dimulai dari tahap
persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi
Ø Bab IV. Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan analisa pelaksanaan proses
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di Dusun Tokka, Desa Bontomarannu, Kec Moncongloe
Ø Bab V. Penutup
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran
Ø Daftar Pustaka
Ø Lampiran- lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pelayanan Kesehatan Utama
Pelayanan kesehatan utama (Primary
Health Care) merupakan pendekatan yang praktis untuk melaksanakan asuhan
perawatan kesehatan masyarakat di tingkat individu, keluarga dan
masyarakat/komuniti, dalam bentuk yang dapat diterima dan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, dengan melibatkan partisipasi sepenuhnya dari
masyarakat dan operasionalnya di Indonesia dalam bentuk pembangunan kesehatan
masyarakat desa, dengan kegiatan yang nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Definisi pelayanan kesehatan utama
adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi
praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu
maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya tentu
dengan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat hidup mandiri (self reliance)
dan menentukan nasib pribadi (self determination). (Effendy, 1998)
PKU pada dasarnya bertujuan untuk
mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri dalam arti mampu mengenal masalah,
faktor-faktor penghambat dan faktor pendukung yang dimiliki serta mampu
menentukan alternatif penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi.
Fungsi dari Pelayanan Kesehatan
Utama adalah pemeliharaan kesehatan, pemecahan diagnosa penyakit dan
pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat. Adapun tanggung
jawab perawat dalam PKU adalah :
1.
Mendorong partisipasi aktif
masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program
pendidikan kesehatan.
2.
Kerja sama dengan masyarakat,
keluarga dan individu.
3.
Mengajarkan konsep kesehatan
dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4.
Memberikan bimbingan dan
dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.
5.
Koordinasi kegiatan kebijakan
tentang kesehatan masyarakat.
Sasaran PKU adalah individu,
keluarga/kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan
tersier. Jadi keluarga atau kelompok masyarakat ditingkatkan untuk menciptakan
derajat kesehatan yang optimal.
Strategi PKU adalah memotivasi
masyarakat agar dapat merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara
kesehatan. Agar delapan unsur utama PKU yaitu peningkatan pengetahuan untuk
mengatasi dan mencegah masalah kesehatan, peningkatan gizi masyarakat,
kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air yang mempunyai syarat
kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif dan kontrol
terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit yang
terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.
Prinsip dalam pelaksanaan PKU
berorientasi pada distribusi pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan
masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas
yang ada di dalam masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan
pendekatan multi sektoral. Kegiatan dalam PKU meliputi : penyuluhan kesehatan
terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta
pengobatannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi,
pencegahan penyakit menular, pengadaan obat esensial, sanitasi dan pengadaan
air bersih.
Hubungan konsep PKU dan komunitas
adalah untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat
pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga),
tingkat masyrakat (pimpinan atau tokoh), tingkat rujukan pertama (Rumah Sakit
tipe A dan B), serta menyelenggarkan kerja sama lintas sektoral dan lintas
program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat
diperlukan dalam hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek sekaligus
objek dalam PKU diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagai akhir tujuan PKU diharapkan masyarakat mampu secara
mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana dia tinggal.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Model keperawatan komunitas disusun
mengacu pada model atau teori keperawatan dan teori yang terkait dengan
kesehatan masyarakat, diantaranya ; menurut Chang (1982) perawatan
komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi sebagai tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981)
mendefinisikan perawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan
peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini
tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah
satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat,
praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Banyak konseptual model keperawatan
dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah konsep model dari Betty
Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi
masalah kesehatan.
Model teori Neuman didasari oleh
teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas
yang merupakan terget pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh
hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga
kesehatan untuk melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini
mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya penyakit,
mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas.
Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi yang
tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.
3.
Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan
kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai
tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
Model teori Neuman menggambarkan
bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai lima variabel yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis,
psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual.
Sumber energi infra struktur
dikelilingi oleh tiga lapisan sistem pertahanan stressor yaitu garis resisten,
garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel. Ketiga lapisan pertahanan
tersebut bertujuan untuk melindungi infra struktur atau sumber energi dari
stressor yang dapat mempengaruhi komunitas.
Sasaran dari keperawatan kesehatan
komunitas adalah semua orang yang membentuk masyarakat (Anderson, 1988).
Secara lebih rinci sasaran ini terdiri dari tiga tingkat yaitu individu,
keluarga dan komunitas.
1.
Tingkat Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam
merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.
Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misal :
TBC, ibu hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah
dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2.
Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
bermasalah kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :
a.
Mengenal masalah kesehatan.
b.
Mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah tersebut.
c.
Memberikan perawatan pada
anggota keluarga.
d.
Menciptakan lingkungan yang
sehat.
e.
Memanfaatkan sumber daya dalam
keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3.
Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat dari sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk
kelompok berisiko atau masyarakt wilayah binaan. Pada tingkat komunitas asuhan
keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.
C. Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu
bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
(keluarga dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau)
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan care (perawatan) dan
rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya
berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang
menyuluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas.
Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan,
teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan
memandirikan masyarakat menanggulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan
dilakukan secara berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan
metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai
berikut :
1.
Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (1985)
yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi,
nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan, faktor-faktor
lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial komunitas ekonomi dan
rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data
statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat
pemerintah.
2.
Analisa Data dan
Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa
untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat yang
muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa
keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a.
Masalah sehat - sakit
b.
Karakteristik populasi
c.
Karakteristik lingkungan
3.
Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu
primer, sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama
(partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan proses kelompok serta mendorong
peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan, yang dihadapi yang
akhirnya untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan
pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman
(1986), ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu
pendekatan perencanaan sosial (social planning), pendekatan social action,
namun yang dominan adalah dengan pendekatan locality development yang berarti
mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki,
serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang
untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan
partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif
dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4.
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada tiga
tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).
a.
Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi
sakit. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.
b.
Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek masa sakit dan
tingkat keparahan.
c.
Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki
lagi (irreversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses
penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau
tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :
1)
Aktifitas atau kegiatan program
2)
Pembentukkan kelompokm kerja
kesehatan (POKJAKES)
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program
kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan
(process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas adalah :
a.
Relevansi antara kenyataan yang
ada dengan pelaksanaan
b.
Perkembangan atau kemajuan
proses apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau
pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c.
Efisiensi biaya : pencarian
sumber dana dan penggunaannya
d.
Efektifitas kerja : apakah
tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas.
e.
Dampak : apakah status
kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DUSUN TOKKA DESA BONTOMARANNU KECAMATAN MONCONGLOE
KABUPATEN MAROS
Dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di usun tokka maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan
konsep-konsep keperawatan komunitas yang ada.
Kegiatan
praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali pelaksanaan
kegiatan oleh pokjakes. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga memberikan
asuhan keperawatan keluarga dan gerontik. Keluarga yang menjadi sasaran untuk
dibina adalah keluarga dengan risiko terjadi masalah kesehatan.
Adapun
kegiatan-kegiatan mahasiswa Praktek Profesi Keperawatan Komunitas (PPKK) dan
Kelompok Kerja Kesehatan (Pokjakes) yang dilaporkan meliputi tahap-tahap
persiapan dan pelaksanaan kegiatan. Tahap persiapan meliputi persiapan
kemasyarakatan dan persiapan teknis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.
A. PERSIAPAN
- Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap ini, mula-mula kelompok
melakukan kegiatan pengidentifikasian tokoh masyarakat, tokoh agama, kader
kesehatan, karang taruna dan organisasi kemasyarakatan. Setelah itu dilakukan
pendekatan membina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang tujuan Praktek Profesi Keperawatan Komunitas di dusun tokka pada
khususnya.
Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan
dengan kepala dusun untuk membuat rencana
pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader kesehatan dan tokoh
pemuda dalam Musyawarah Masyarakat Desa I.
Musyawarah Masyarakat Desa I (MMD)
dilaksanakan pada tanggal 15
september 2019, dimulai dengan pembukaan dan sambutan
oleh kepala desa bontomarannu dilanjutkan dengan penyampaian maksud dan tujuan keberadaan mahasiswa
PPKK oleh ketua posko III. Kemudian dilakukan curah
pendapat tentang seputar masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan Tokka pada saat ini. Pertemuan
diakhiri dengan ditentukannya waktu pertemuan selanjutnya Musyawarah Masyarakat
Desa II.
Pada tanggal 23 september 2019 dilaksanakan pertemuan Musyawarah Masyarakat Desa II dengan agenda
acara penyampaian hasil tabulasi data pengkajian serta pembahasan tentang
prioritas masalah serta alternatif pemecahan masalah oleh masyarakat tokka untuk merealisasikan
rencana kegiatan atas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tokka Adapun prioritas
masalah yang akan diselesaikan adalah sebagai berikut :
1.
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
2.
Masalah Kesehatan Lingkungan
3.
Masalah Kesehatan Lanjut Usia
(Lansia)
Pada tanggal 24 september
2019 dilaksanakan pertemuan dengan warga dan dusun tokka
untuk penyusunan rencana kegiatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan
yang didapatkan di dusun tokka
Untuk alternatif pemecahan masalah adalah sebagai
berikut :
§ Penyuluhan KIA (pemeriksaan ibu hamil, nutrisi ibu hamil, kesehatan
ibu hamil, imunisasi balita, KB)
§ Pemberian makanan tambahan
§ Kerja bakti (minggu bersih)
§ Pengadaan tempat sampah umum
§ Penyuluhan kesehatan (diare, DHF, sanitasi lingkungan)
§ Posyandu Lansia
§ Penyuluhan Kesehatan (Hipertensi, asam urat, kolesterol)
- Persiapan Tekhnis
Dalam menentukan masalah kesehatan
yang ada di dusun tokka, maka mahasiswa PPKK melaksanakan pengumpulan data melalui
wawancara langsung dengan masyarakat dari rumah ke rumah dengan menggunakan
kuesioner. Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari dari tanggal 18 – 22 september
2019. Pengumpulan data ini dilaksanakan oleh mahasiswa
dan kader kesehatan.
B. PENGKAJIAN
I. DIMENSI LOKASI
A. Batas Komunitas
1.
Batas wilayah
Dusun Tokka terletak di
Desa Bontomarannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
2.
Karakteristik batasan wilayah
q
Sebelah Utara berbatasan RT 01
q
Sebelah Selatan berbatasan
dengan RT 02
q
Sebelah Timur
berbatasan dengan RT 03
q
Sebelah Barat berbatasan dengan
Sekolah PAUD
B. Lokasi Pelayanan Kesehatan
1.
Bidan desa
2.
terletak kurang lebih 200 meter
dari wilayah RT 03 dan RT 04
3.
Puskesmas terletak 6 km dari
wilayah Dusun Tokka, penduduk dapat menjangkaunya dengan naik kendaraan roda
dua atau empat dengan waktu tempuh kurang lebih seperempat jam.
4.
Puskesmas terletak di desa
Bontomarannu , berada kurang lebih 10 meter, menghadap ke sebelah timur dan
bangunan yang permanen dengan kondisi baik. Jalan terbuat dari aspal dalam
kondisi baik, tidak berlubang dengan lebar kurang lebih 2,5 meter.
5.
Bidan praktek terdekat terletak
di dekat Dusun Tokka
Berdasarkan data diatas secara umum jarak fasilitas pelayanan
kesehatan dengan masyarakat cukup jauh, kecuali ke (Polindes) sehingga motivasi
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap kurang.
C. Gambaran Geografis
1.
Sebagian wilayah terdiri dari
perumahan penduduk, area pesawahan, kolam dan kebun yang ditanami pohon pisang,
jambu, mangga, nangka, , cengkeh dan kelapa.
2.
Jalan utama desa terbuat dari
aspal tetapi sudah banyak lubang-lubang dengan lebar kurang lebih 3 meter.
perumahan penduduk sebagian besar terbuat dari rumah pangung/papan.
3.
Wilayah RT 01 merupakan dataran
dengan kemiringan kurang lebih 25 derajat yang cukup padat oleh perumahan,
terletak di sebelah bawah jalan dusun. Selain itu ada pesawahan dan sungai /
lembah yang sangat dalam, biasa digunakan untuk pembuangan sampah akhir.
D. Iklim
Terdapat dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Pada musim kemarau
udara terasa panas sedangkan pada musim penghujan terasa lebih dingin, dengan
rata-rata curah hujan pertahun adalah 1000-3000 mm. Adapun suhu udara berkisar
antara 200 C sampai dengan 320 C. Keadaan iklim hampir
sama dengan umumnya iklim wilayah Kabupaten Maros.
1.
Perumahan :
a.
Ventilasi rumah
Tabel:1 Ventilasi Rumah di Dusun Tokka
No
|
Kriteria / Jenis
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
Total
|
93
13
106
|
87,7
12,3
100,0
|
Hampir semua rumah memiliki ventilasi, tetapi yang difungsikan
dengan baik adalah Ventilasi rumah yang dibuka setiap hari, yang baik ada 93 %
cukup, 13%. Berdasarkan data di atas keadaan, memiliki ventilasi rumah
bila tidak digunakan dengan baik merupakan hal yang berpengaruh terhadap
kesehatan.
b.
Type umah
Tabel 2 : jenis type rumah yang terdapat di dusun tokka
No
|
Kriteria / Jenis
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
|
Permanen
Semi permanen
Panggung / kayu
Total
|
31
16
54
101
|
30,7
15.8
53.5
100,0
|
Berdasarkan data di atas sebagian besar bentuk rumah panggung/kayu 54 (53,5%), permanen 31 (30,7%) dan Semi permanen 16 (15.8) lantai rumah masyarakat sudah memenuhi syarat kesehatan, bila pemeliharaannya baik. Tetapi sebagian besar keadaan rumah kotor dan berdebu.
c. Sumber air
Tabel
3: Sumber air di dusun tokka
No
|
Kriteria / Jenis
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Sumur pompa
Sumur gali
Sungai
Mata air
Empang
PAM
Air hujan
Total
|
28
35
1
36
0
6
0
106
|
26,4
33,0
9
34,0
0,0
5,7
0,0
100,0
|
Sumber air yang digunakan oleh masyarakat dusun tokka dari sumur
mata air 36 (34,0%), sumur gali 35 (33,0), sumur pompa 28 (26,4%), dan PAM 6
(5,7%) Pengadaan air tersebut tidak memenuhi sehingga kebutuhan sehari-hari
ditambah dengan menggunakan air dari sawah dengan keadaan air berwarna / keruh.
Berdasarkan data diatas masyarakat dusun tokka menggunakan air yang
tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga kemungkinan terjadinya resiko
penyakit diare dan penyakit kulit.
d.
Pembuangan sampah
Tabel 4 : Cara pembuangan sampah masyarakat dusun tokka
No |
Kriteria |
Jumlah |
% |
1
2
3
|
Dikumpul dan dibakar
Di sungai
Ditimbun dalam tanah
Di selokan
Di laut
Total
|
106
0
0
0
0
106
|
100.0
0,0
0,0
0,0
0,0
100,0
|
Berdasarkan data di atas 100,0% masyarakat mengumpulkan sampah lalu di bakar.. Hal tersebut dapat
menimbulkan pencemaran / polusi udara, sehingga menimbulkan resiko terjadinya
penyakit diare dan ISPA.
II. DIMENSI POPULASI
A.
Ukuran
1.
Jumlah penduduk di dusun tokka adalah 355 orang dengan
komposisi jenis kelamin adalah 175 orang laki-laki dan 184 orang perempuan
2.
Jumlah kepala keluarga sebanyak
106 KK dimana ada satu rumah diisi oleh dua
kepala keluarga
3.
Adapun jumlah pasangan Usia
Subur (PUS) adalah 108 pasangan.
B. Komposisi penduduk
1. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Tabel
5 : Distribusi karakteristik dan jenis kelamin penduduk di dusun tokka
No
|
Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
|||
|
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Ibu hamil
Bayi (- < 1
tahun)
Balita
(1-<5 tahun)
Anak (5-<14
tahun)
Remaja
(14-<21 tahun)
Dewasa
(21-<55 tahun)
Lansia 55 thn
ke atas
|
0
6
15
31
15
91
17
|
0,0
|
1
8
12
41
13
88
18
|
1,1
|
|
|
|
Jumlah
|
175
|
|
184
|
|
|
|
Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah penduduk terbesar
merupakan kelompok usia produktif dengan komposisi jenis kelamin perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat mempengaruhi ekonomi
keluarga.
C. Budaya Penduduk
1.
Latar belakang budaya / etnik penduduk
Tidak terdapat perbedaan kultural pada masyarakat dusun tokka,
karena seluruhnya memiliki suku Bugis
2.
Sejarah budaya penduduk
Kebudayaan yang dimiliki masyarakat dusun tokka merupakan budaya
yang turun temurun dari leluhurnya dan tidak ada perbedaan dengan budaya dari
masyarakat yang ada di wilayah Desa Moncongloe.
2.
Pendidikan penduduk
Tabel
6 : Distribusi tingkat pendidikan masyarakat di dusun tokka
No
|
Pendidikan terakhir
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Tidak sekolah
Belum sekolah
TIK
Diploma
Sarjana
|
35
20
21
2
9
|
40,2
23,0
24,1
2,3
10,3
|
|
Jumlah
|
87
|
100
|
Dengan melihat data di atas sebagian besar tingkat pendidikan
masyarakat adalah tidak sekolah, hal ini dapat mempengaruhi kemapuan penduduk
dalam menerima informasi atau merubah perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan dengan demikian kemungkinan tingkat pengetahuan masyarakat terutama
dalam hal kesehatan kurang.
3.
Pekerjaan penduduk
Tabel
7 : Distribusi pekerjaan masyarakat dusun tokka
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
PNS
TNI/Porli
Wiraswasta/Pedagang
Karyawan swasta
Tani
IRT
Tidak bekerja
Belum bekerja
|
6
2
43
13
89
82
62
58
|
1,7
6
21,1
3,7
25,1
23,1
17,5
16,3
|
|
Jumlah
|
355
|
100,0
|
Sebagian besar pekerjaan penduduk adalah petani dan IRT, tidak
mempunyai penghasilan yang tetap, sehingga kemungkinan untuk pemeliharaan
kesehatan menjadi kurang. Juga sebagai akibat pekerjaan akan mempengaruhi
kesehatan penduduk, diantaranya keluhan myalgia
4.
Penghasilan masyarakat
Tabel
8 : Distribusi penghasilan keluarga di dusun Tokka
No
|
Pendapatan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
|
< Rp 200.000,-
Rp. 200.000 – 500.000,-
>Rp 500.000,-
|
41
32
33
|
38,7
30,2
31,1
|
|
Jumlah
|
106
|
100
|
Sebagian besar pendapatan keluarga antara Rp 200.000 dengan demikian
kemungkinan penyediaan dana untuk kesehatan menjadi rendah, juga berdampak pada
biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari terutama untuk pemenuhan gizi.
5.
Jenis kelamin
Tabel 9: distribusi jenis kalamin di dusun Tokka
No
|
Jenis kelamin
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
175
180
|
49,3
50,7
|
|
Jumlah
|
355
|
100
|
Berdasarkan distribusi data diatas menunjukan bahwa jumlah
masyarakat di dusun tokka dengan jumlah banyak adalah perempuan 180 orang
(50,7%).
6.
Agama
Tabel 10: distribusi Agama di Dusun Tokka
No
|
Agama
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Islam
Kristen
Hindu
Budha
katolik
|
355
0
0
|
100,0
0,0
0,0
0,0
00
|
|
Jumlah
|
355
|
1000
|
Distribusi data diatas menunjjukan bahwa masyarakat di dusun tokka
adalah mayoriatas agama Islam dengan jumalah 355 orang (100,0%).
7.
Kebersihan rumah
Tabel 11: Disribusi berdasarkan kebersihan rumah di dusun tokka
No
|
Kebersihan rumah
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
77
29
106
|
72,6
27,4
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Data distribusi menunjukan bahwa warga yang menjaga rumahnya bersih
dengan mengaakan ya adalah sebanyak 77 orang (72,6%) dan yang mengatakan tidak
yaitu 29 (27,4%).
8.
Kepemilikan rumah
Tabel 12: Distribusi berdasarkan kepemilikan rumah di dusun Tokka
No
|
Kepemilikan rumah
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Milik sendiri
menumpang
|
91
15
106
|
85,8
14,2
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
di dusun tokka dengan mayaoriatas memiliki rumah sendiri yaitu 91 orang (85,8%)
dan yang menumpang sebanyak 15 orang (14,2%).
9.
Pengelolahan air minum
Tabel 13: disribusi berdasarkan pengelolahan air minum di dusun
Tokka
No
|
Distribusi air minum
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Dimasak
Tidak dimassak
|
97
9
|
91,5
8,5
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
10.
Keadaan fisik air minum
Tabel 14: Distribusi berdasarkan keadaan fisik air minum di dusun
tokka
No
|
Keadaan fisik air minum
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Jernih
keruh
|
85
21
|
80,2
19,8
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa masyarakat di dusun Tokka
mempunayi air jernih yaitu 85 (80,2%) dan keruh sebanyak 21 (19,8%).
11.
Pemamfatan halaman
Tabel 15: Distribusi berdasarkan pemamfatan halaman di dusun tokka.
No
|
Pemamfatan halaman
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
64
42
|
60,4
39,6
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa masyarkat di
Dusun Tokka memanfatkan halaman dengan mengatakan Ya 64 orang (60,4) dan yang
tidak memanfatkan halaman yaitu sebanyak 42 orang (39,6%).
12.
Jenis pemamfaatan
Tabel 16: Distribusi berdasarkan jenis pemamfaatan di Dusun Tokka
No
|
Jenis
pemanfaatan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
|
Perkebunan
Perikanan
Beternak
Tidak Dimanfatkan
|
27
4
43
32
|
25,5
3,8
40,6
30,2
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
di dusun tokka dengan jenis pemanfaatan terbayak yaitu Beternak 43 (40,6%) dan
yang tidak dimanfatkan yaitu 32 (30,2).
13.
Jenis jamban
Tabel 17: Distribusi berdasarkan jenis jamban di Dusun Tokka.
No
|
Jenis Jamban
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Leher angsa
Cemplung
|
91
15
|
85,8
14,2
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Data distribusi diatas dapat diketahui bahwa masyarakat di dusun
Tokka mempunyai jenis jamban dengan jenis leher angsa yaitu 91 (85,8%) dan yang
memiliki jenis jamban dengan cemplung yaitu 15 (14,2%).
14.
Pembuangan limbah
Tabel 18: Distribusi data berdasarkan pembuangan limbah di dusn
Tokka
No
|
Pembuangan
limbah
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
|
Selokan
Sawah
Sembarang Tempat
Dialirkan
|
69
9
23
5
|
65.1
8,5
21,7
4,7
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan data distribusi diatas dapat menunjukan bahwa masyarakat
di dusun tokka kebanyakan membuang limbah pada selokan yaitu 69 (65,1%) dan di
sembarang tempat yaitu 23 (21,7%).
15.
Jentik nyamuk
Tabel 19: Distribusi data berdasarkan jentik nyamuk di dusun Tokka
No
|
Jentik
nyamuk
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
34
72
|
32,1
67,9
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data dapat menunjukan bahwa masyarakat di
dusun Tokka menunjukan bahwa yang tidak ada jentik nyamuk adalah sebanyak 72
orang (67,9%) dan yang mengatakan ada jentik nyamuk atau Ya adalah sebanyak 34
orang (32,1%).
16.
Pembuangan tinja
Tabel 20: Distribusi data berdasarkan pembuangan tinja di dusun
Tokka
No
|
Pembuangan
tinja
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
|
WC
Selokan
Sembarang Tempat
|
84
11
11
|
79,2
10,4
10,4
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas dapat menunjukan bahwa masyarakat
di dusun tokka membuang tinja pada WC yaitu 84 (79,2%).
17.
Kepemilikan jamban
Tabel 21: Distribusi data berdasarkan kepemilikan jamban di dusun
tokka
No
|
Kepemilikan
jamban
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
|
Milik sendiri
Numpang
Bersama
Tidak punya
|
83
9
9
5
|
78,3
8,5
8,5
4,7
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas dapat menunjukan bahwa masyarakat
di dusun Tokka banyak yang memiliki jamban sendiri yaitu 83 (78,3%).
18.
Penyakit yang sering diderita
bayi
Tabel 22: Distribusi data berdasarkan penyakit yang diderita bayi di
dusun Tokka
No
|
Penyakit yang diderita bayi
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Batuk
Demam
lainya
|
16
11
3
|
53,3
36,7
10,0
|
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Distribusi data dapat menunjukan bahwa masyarakat di dusun Tokka
khusunya pada bayi yang menderita penyakit demam sebanyak 16 orang (53,3) dan
deman sebanyak 11 (36,7%).
19.
Pemberian imunisasi dasar
Tabel 23: Distribusi data berdasarkan pemberian imunisasi dasar di
dusun tokka
No
|
Pemberian imunisasi dasar
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Lengkap
Belum lengkap
|
12
2
|
85,7
14,3
|
|
Jumlah
|
14
|
100,0
|
Distribusi data berdasarkan data pemberian imunisasi dasar di dusun
tokka, dimana yang mengunakan imunisasi lengkap sebanyak 12 (85,7%).
20.
Usia ibu hamil
Tabel 24: distribusi data berdasarkan usia ibu hamil di dusun tokka.
No
|
Usia ibu hamil
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
25-35 tahun
>35 tahun
|
2
2
|
50,0
50,0
|
|
Jumlah
|
4
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas dapat dketahui bahwa usia ibu hamil di dusun toka dengan usia
25-45 2 orang (50,0%).
21.
Tempat Pemeriksaan Kesehatan
Tabel 25: Distribusi data berdasarkan tempat pemeriksaan kesehatan
di dusun tokka
No
|
Pemeriksaan kesehatan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Puskesmas
Dokter praktek
Perawat/Bidan
Posyandu
Tidak memeriksa
|
94
8
1
2
1
|
88.7
7.5
9
1.9
9
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Data diatas menunjukan bahwa masyarakat di dusun Tokka memilih untuk
memeriksa di Puskesmas yaitu 94 (88,7%).
22.
Penimbangan bayi setiap bulan
Tabel 26: Distribusi data berdasarkan penimbangan bayi di dusun
Tokka
No
|
Penimbangan bayi setiap bulan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
13
1
|
92.9
7.1
|
|
Jumlah
|
14
|
100,0
|
Berdasarkan distribusi data diatas menunjukan bahwa masyarakat di
dusun tokka khusunya ibu-ibu yang menimbang bayi di POSYANDU secara rutin
mengatakan Ya sebanyak 13 orang (92.9%).
23.
KMS
Tabel 27: Distribusi Data Berdasarkan KMS di Dusun Tokka
No
|
KMS
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ada
Tidak ada
|
13
1
|
92.9
7.1
|
|
Jumlah
|
14
|
100,0
|
Berdasarkan data distribusi diatas menunjukan bahwa yang ada KMS
sebanyak 13 (92.9%)
24.
Makanan Tamabahan Bayi
Tabel 28: distribusi data berdasarkan PMT pada bayi di dusun Tokka
No
|
PMT
Pada bayi
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
11
3
|
78,6
21,4
|
|
Jumlah
|
14
|
100,0
|
Berdasarkan
data diatas menunjukan bahwa PMT pada bayi Ya sebanyak 11 (78,6%) dan Tidak
adda 3 (21,4%).
25.
Jenis Kontrasepsi
Tabel 29: Distribusi Data Berdasarkan
Jenis Kontrasepsi Di Dusun Tokka
No
|
Jenis
kontrasepsi
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Pil
Susuk/Implan
Suntik
Kondom
|
3
2
14
17
|
8.3
5.6
38.9
47.2
|
|
Jumlah
|
36
|
100,0
|
Berdasarkan
data diatas menunjukan bahwa yang memakai jenis kontrasepsi paling banyak
adalah Kondom 17 (47.2%) dan suntik 14 (38,9%).
26.
Imunisasi TT
Tabel 30: Distribusi Data Berdasarkan Imunisasi TT Di Dusun Tokka
No
|
Imunisasi TT
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
2
2
|
50.0
50.0
|
|
Jumlah
|
106
|
100,0
|
Berdasarkan
data distribusi diatas dapat menunjukan bahwa yang mengikuti imuniasi TT dengan
Ya yaitu 2 (50.0%) dan Tidak 2 (50.0%).
27.
Penyakit Kehamilan
Tabel 31: Distribusi Data Berdasarkan Penyakit Kehamilan Di Dusun Tokka
No
|
Penyakit
kehamilan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Jantung
Hipertensi
Anemia
DM
Lainya
|
0
0
0
1
1
|
0.0
0.0
0.0
50.0
50.0
|
|
Jumlah
|
2
|
100,0
|
Data
diatas menunjukan bahwa penyakit yang menyertai ibu hamil saat ini di dusun
Tokka adalah DM dan lainya dengan masin-masing 1 orang (50.0%).
28.
Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 32 : Distribusi data berdasarkan pemeriksan kehamilan di dusun
tokka
No
|
Pemeriksaan
kehamilan
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Puskesmas/RS
Bidan Desa
Dukun
|
1
1
2
|
25.0
25.0
50.0
|
|
Jumlah
|
4
|
100,0
|
Berdasarkan
data diatas menunjukan bahwa pemeriksaan kehamilan di dusun tokka sebanyak 2
roang yang memerika di dukun (50.0%).
29.
Akseptor KB
Tabel 33 : Distribusi Data Berdasarkan Akseptor KB Di Dusun Tokka
No
|
Akseptor KB
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
18
70
|
20.5
79.5
|
|
Jumlah
|
88
|
100,0
|
Data diatas
menunjukan masyarakat di dusun tokka bahwa yang memakai aseptor KB lebih banyak
mengatakan Tidak 70 (79.5%).
30.
Usia Lansia
Tabel 34: Distribusi Data Berdasarkan Usia Lansia Di Dusun Tokka
No
|
Pembuangan
Limbah
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
55-59 tahun
60-69 tahun
>70 tahun
|
14
10
11
|
40.0
28.6
31.4
|
|
Jumlah
|
35
|
100,0
|
Berdasarkan
distribusi diatas bahwa usia lansia di dusun tokka yang paling banyak adalah
usia 55-59 tahun (40.0%).
31.
Tempat Berobat Lansia
Tabel 35: Distribusi Data Berdasarkan Tempat Berobat Lansia Di Dusun
Tokka
No
|
Tempat
berobat lansia
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Sarana Yankes
Tempat praktek tenaga kesehatan
Di obati sendiri
|
22
9
4
|
62.9
25.7
11.4
|
|
Jumlah
|
35
|
100,0
|
Data
diatas menujukan bahwa jumlah lansia di dusun tokka sebanyak 35 orang sehingga
lebih banyak memilih untuk berobat di
sarana kesehatan yaitu 22 orang (62.9%) dan tempat praktek tenaga kesehatan
sebanyak 9 orang (25.7%).
32.
Bentuk Bantuan Yang Dibutuhkan
Lansia
Tabel 36: Distribusi Data
Berdasarkan Bantuan Yang Dibutuhkan Lansia Di Tokka
No
|
Pembuangan
limbah
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
2
|
Dana sehat
Yankes gratis
Penyuluhan kesehatan
Kelompok lansia
|
4
16
12
3
|
11.4
45.7
34.3
8.6
|
|
Jumlah
|
35
|
100,0
|
Berdasarkan
data diatas menunjukan bahwa bantuan yang dibutuhkan lansia di dusun tokka
banyak yang mengatakan bahwa mendapatkan yankes ratis yaitu 16 orang (45.7%),
dan penyuluhan kesehatan sebanyak 12 orang (34.3%).
D. Mobilitas Penduduk
1.
Jenis kependudukan
Seluruh penduduk dusun Tokka adalah penduduk menetap dan tidak ada
yang berstatus urban. Sebagian kepala keluarga bekerja di luar daerah dan
kembali ke tempat semingu sekali atau sebulan sekali
2.
Pemanfaatan waktu oleh penduduk
Para petani mulai bekerja dari pukul 05.00 wib, pulang sampai jam
16.00. sebagian penduduk ada yang bekerja sebagai buruh tani dan buruh
mebeulair dan pedagang terutama dagang oncom ke kota Makassar maupun kabupaten
Maros, yang bekerja mulai jam 06.00 sampai jam 16.00 wib.
Para pelajar mulai berangkat ke sekolah pada pukul 06.00 dan pulang
pukul 14.00 sampai pukul 15.00.
Para lansia yang tidak mampu bekerja jauh ada yang mengerjakan
anyaman di rumah dan beberapa lansia pada sore hari berkumpul di suatu tempat.
Begitu pula para pemuda pada sore hari terlihat berkumpul di salah satu rumah
atau di pinggir jalan.
Pada hari minggu atau hari libur penduduk yang bekerja, tetap
mengerjakan tugas-tugasnya seperti biasa.
Para ibu rumah tangga yang tidak pergi ke sawah pada jam 10.00
terlihat berkumpul di salah satu rumah, karena telah selesai mengerjakan
pekerjaan rumah seperti masak, mencuci dan lainnya.
III. DIMENSI SISTEM SOSIAL
1.
Jenis penyakit
Tabel 38 : Distribusi jenis penyakit yang
dialami keluarga 6 bulan terakhir di dusun tokka
No
|
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
|
Batuk/flu
Demam/klinis
Diabetes
Hepatitis
Stroke
Hipertensi
Kolesterol
Asam urat
Amandel
Ispa
Komplikasi
Gastritis
Thypoid
Ganguan jiwa
Katarak
ISK
|
16
14
2
1
1
12
1
11
1
7
1
5
1
1
1
1
|
21,1
18,4
2,6
1,3
1,3
15,8
1,3
14,5
1,3
9,2
1,3
6,6
1,3
1,3
1,3
1,3
|
Terdapat penyakit menular, hal ini menggambarkan perilaku kesehatan
masyarakat. Penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat adalah batuk/flu (21,1%).
2.
Dalam hal pemantauan kesehatan
terdapat kader Posyandu 6 orang. Dan ada seorang bidan desa yang memegang
wilayah Dusun Tokka.
3.
Kondisi kesehatan penduduk di wilayah dusun
tokka adalah :
a.
Bayi
Terdapat 14 orang bayi dibawah 1 tahun, Dari kartu KMS Balita
didapat bahwa setiap bula rajin ke posyandu untuk penimbangan dan imunisasi.
Terdapat 27 anak balita, 6 anak diantaranya pernah menderita diare
pada 1 tahun terakhir. Dari kartu KMS didapat bahwa rata-rata balita mengalami
peningkatan berat badan setiap bulannya.
b.
Ibu hamil dan menyusui
Di Dusun Tokka terdapat 1 orang ibu hamil, dimana merupakan
kehamilan yang ke 4 dan usia ibu yang sudah berusia 37 tahun karena itu
merupakan resiko tinggi.
c.
Usia sekolah
Anak usia sekolah berjumlah 13 anak (11,93%) dari jumlah penduduk,
kebersihan diri anak –anak tersebut kurang, terlihat dari kebersihan kulit,
rambut, tangan dan kaki serta kuku yang kurang diperhatikan. Pola makan 2 –3
kali sehari dengan menu yang kurang seimbang yaitu jarang makan sayuran dan
buah-buahan, anak-anak sering jajan makanan yang mengandung zat pengawet dan
pewarna, sehingga kemungkinan terjadi gangguan kesehatan seperti ISPA dan
diare.
d.
Lansia
Jumlah lansia yang berusia lebih dari 55 tahun ke atas adalah 35
orang, 5 orang diantaranya menderita hipertensi.. Pola makan lansia hampir sama
yaitu 2 – 3 kali sehari dengan menu jarang makan sayuran dan buah-buahan serta
tiap hari hampir selalu makan ikan asin. 8 orang mengalami penurunan
penglihatan dan juga pendengaran, tetapi untuk aktifitas sehari-hari masih
mampu sendiri dan bahkan masih bekerja dan pergi kesawah setiap hari.
4.
Riwayat kejadian luar biasa
Pada satu
tahun terakhir ini tidak ada kejadian KLB di wilayah dusun tokka bahkan di
dusun tokka hampir semua penduduk
menggunakan air dari sawah dan
gunung untuk mencuci dan mandi serta untuk memasak. Dengan melihat keadaan
lingkungan yang kurang memadai perlu adanya upaya pencegahan penyakit.
5.
Kondisi kesehatan lingkungan
a.
Pemukiman
Perumahan penduduk saling berjauhan, ada yang tidak menggunakan
pagar pembatas satu sama lain. Jenis rumah permanen ada 31 buah
(30,7 %), 59 buah rumah panggung ( 53,5 %) dan 16 (15,8) buah rumah semi
permanen. Sebagian besar rumah berdebu
dan pengaturan didalam rumah kurang tertata dengan baik. atap terbuat dari
genteng, adapun pencahayaan dari sinar matahari, belum mendapat sinar matahari
yang baik, sehingga menimbulkan ruangan menjadi lembab, yang dapat mendukung
terjadinya penyakit ISPA.
b.
Saluran air
Saluran air yang ada di dusun tokka disalurkan ke selokan dan
dibiarkan terbuka, hingga saat ini tidak ada keluhan bau dan banjir, namun hal
ini dapat menjadikan tempat sarang vektor (nyamuk, tikus) yang memungkinkan
untuk terjadinya penyakit dan dapat menjadi KLB.
c.
Sampah
Seluruhnya penduduk mengumpulkan sampah lalu di bakar..Banyak
masyarakat yang menyimpan sampah dulu sekitar sampai penuh/3 hari ,sehingga
kemungkinan menimbulkan polusi udara dan menjadi sarang lalat serta dapat
menyebabkan penyakit diare dan ISPA.
d.
Sumber air minum
Semua atau masyarakat dusun
tokka memiliki sumber air minum yang dialirkan dari mata air dari gunung maupun
sumur gali
e.
Kandang ternak
penduduk yang memiliki
kandang ternak, terutama kandang ayam menempel atau terletak di samping rumah
bahkan di depan rumah. Kondisi kandang kurang terpelihara dan bau.
A.
Sistem Pendidikan
1.
Jenis pendidikan
Di wilayah Dusun tokka terdapat 1 buah Sekolah PAUD, yang merupakan
tempat pendidikan formal.
ini sangat membantu dalam upaya meningkatkan sumber daya dalam
bidang kesehatan.
B.
Sistem Ekonomi
1. Mata pencaharian masyarakat
Dapat diketahui bahwa sebagian pekerjaan masyarakat adalah mata
pencaharian petani dan ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan yang tetap,
maka kemungkinan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan menjadi
rendah.
2. Sistem Politik
1.
Cara pemilihan tokoh masyarakat
formal dan informal
Pemilihan tokoh masyarakat kepala dusun, ketua RT dipilih dengan
pemungutan suara secara langsung dengan menggunakan bilik suara, dan kemudian
dilantik oleh kepala desa.
Terdapat tokoh masyarakat informal yang memegang peran penting
sebagai ahli dalam bidang agama serta peran kepemudaan yang berada di wilayah
Dusun tokka.
2.
Cara penetapan peraturan
Peraturan yang berlaku di wilayah dusun tokka berdasarkan peraturan
yang ada di wilayah Desa Bontomarannu. Peraturan yang ada diantaranya tentang
kegiatan Opsih, pembayaran iuaran rutin dan untuk menjaga keamanan.
C. ANALISA DATA
Data
|
Masalah kesehatan
|
Diagnosa keperawatan komunitas |
· Dari 106 KK terdapat 29 KK yang rumahnya tidak bersih baik didalam maupun di halaman
rumahnya. (27,4%).
· Dari 106 KK terdapat 45 KK yang mengeluhkan vektor nyamuk adalah yg paling membahayakan (34,%).
· Dari 106 KK masih terdapat 21 KK yang air minumnya keruh (19,8%)
· Dari 106 KK masih terdapat 34 KK yang memiliki jentik nyamuk di tempat penampungan air minumnya
(32,1%)
· Dari 106 KK terdapat 23 KK yang membuang sampah di sembarang tempat (21,7%)
· Dari 106 KK terdapat 11 KK yang buang air besar di sembarang tempat (10,4 %) dan 11 KK diselokan (10,4%)
· Dari 106 KK terdapat 5 KK yang tidak memiliki jamban
(4,7%), numpang 9 KK (8,5%), bersama 9 KK (8,5%)
· Ditemukan bahwa penyakit yang paling sering terjadi di
lingkungan adalah batuk
(53,3%) dan demam (36,7%)
|
Lingkungan yang kurang bersih
|
Risiko
terjadinya penyakit (Diare, DHF) di lingkungan Kasuarrang diakibatkan oleh
lingkungan yang kurang bersih dan pengolahan air minum yang tidak dimasak
berhubungan dengan :
a.
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan
b.
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat
|
· Dari 27 balita penyakit yang sering diderita balita adalah demam (36,7,%), batuk-batuk (53,3%)
· Untuk lingkungan dusun
Tokka yang membawahi 4 RT, hanya terdapat 6 orang yang menjadi
kader kesehatan
· Dari 4 ibu hamil terdapat 2 Bumil yang tidak mendapatkan imunisasi TT (50%)
· Dari 4 ibu hamil terdapat 1 Bumil yang menderita anemia (25%)
· Dari 4 ibu hamil masih terdapat 2 (50%) orang yang tidak pernah memeriksakan dan
memeriksakan ke dukun kehamilan.
· Dari 108 PUS terdapat 45 orang yang tidak menjadi akseptor KB
(41,67%)
|
Kurangnya pemahaman masyarakat akan
kesehatan ibu dan anak
|
Risiko terjadinya penyakit pada
bayi/balita berhubungan dengan :
a.
Kurangnya kesadaran
masyarakat membawa balitanya ke posyandu
b.
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat imunisasi
c.
Kurangnya kader kesehatan dan
kurang aktifnya kegiatan Posyandu di lingkungan Kasuarrang
|
· Dari 35 lansia masih terdapat 4 orang yang mengatasi sendiri penyakit yang dialaminya 11,4%)
· Dari 34 lansia terdapat 65 lansia yang jenis bantuan paling dibutuhkan
adalah layanan kesehatan gratis(45,7%).
|
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
kesehatan lansia
|
Risiko meningkatnya angka morbiditas
lansia berhubungan dengan :
a.
Kurangnya minat dan motivasi
masyarakat untuk memeriksakan kesehatan lansia secara teratur
b.
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia
|
Setelah teridentifikasi beberapa masalah keperawatan
komunitas, selanjutnya dilakukan pembobotan untuk menentukan prioritas masalah
yang dilakukan oleh mahasiswa, pengurus pokjakes dan tokoh – tokoh masyarakat
setempat. Hasil skoring yang didapatkan
berdasarkan prioritas masalah kesehatan adalah sebagai berikut :
No
|
Masalah Kesehatan
|
Kriteria
|
Skor
|
Urutan prioritas
Masalah
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1
|
Lingkungan yang kurang bersih
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
3
|
2
|
4
|
32
|
2
|
2
|
Kesehatan Ibu dan Anak
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4
|
3
|
4
|
3
|
33
|
1
|
3
|
Kesehatan Lansia
|
5
|
4
|
2
|
5
|
2
|
4
|
1
|
1
|
24
|
3
|
Keterangan :
1
Kesesuaian dengan peran perawat
2
Jumlah yang berisiko
3
Tingkat keseriusan
4
Kemungkinan untuk melakukan
penyuluhan kesehatan
5
Minat masyarakat
6
Kemungkinan untuk diatasi
7
Sesuai dengan program
pemerintah
8
Tersedianya sumber-sumber untuk
menyelesaikan masalah
Skala untuk tingkat kebutuhan Masyarakat :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Sedang
4 : Tinggi
5 : Sangat tinggi
D. PERENCANAAN
Berdasarkan
hasil analisa data yang diperoleh diatas, maka disusun suatu perencanaan
kegiatan yaitu :
1.
Diagnosa Keperawatan I :
Risiko terjadinya penyakit pada bayi/balita berhubungan dengan :
a.
Kurangnya kesadaran masyarakat
membawa balitanya ke posyandu
Tujuan Jangka Panjang :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan bayi / balita di lingkungan Tokka terhindar dari berbagai penyakit terutama
yang dapat dicegah dengan imunisasi
Tujuan
Jangka Pendek :
·
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan pada
balita dan penyakit-penyakit yang terjadi pada balita yang tidak diimunisasi
·
Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan (kader) tentang
kesehatan balita
·
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
·
Tersedianya sarana untuk pelaksanaan posyandu
Intervensi :
§ Pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang kesehatan ibu, bayi/ balita serta
imunisasi.
§ penyuluhan kegiatan KB
§ penyuluhan kegiatan
pemberian makanan tambahan di Posyandu
2.
Diagnosa Keperawatan II :
Risiko
terjadinya penyakit (Diare, ISPA, DHF)
dilingkungan Kasuarrang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang bersih dan pengolahan
air minum yang tidak sehat berhubungan dengan :
a.
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan
b.
Kurangnya kesadaran untuk hidup
sehat
Tujuan Jangka Panjang :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
masyarakat akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang
kurang bersih.
Tujuan Jangka Pendek :
- Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan, air minum yang sehat, penyakit diare dan DHF
- Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
- Menciptakan lingkungan yang sehat
Intervensi :
- Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi lingkungan, pengelolaan air minum yang baik, diare dan DHF
- Kerja bakti massal (minggu bersih)
§ Pembuatan tempat sampah percontohan
3.
Diagnosa Keperawatan III :
Risiko meningkatnya angka morbiditas lansia berhubungan dengan :
a.
Kurangnya minat dan motivasi
masyarakat untuk memeriksakan kesehatan lansia secara teratur
b.
Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia
Tujuan
Jangka Panjang :
Setelah dilakukan intervensi/tindakan keperawatan diharapkan lansia
terhindar dari penyakit dan masalah lain akibat penurunan fungsi tubuh.
Tujuan Jangka Pendek :
·
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia
·
Meningkatkan pengetahuan lansia tentang kondisi kesehatan
yang menyertai proses penuaan
·
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana
kesehatan untuk lansia
Intervensi :
- Pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat (Hipertensi, DM, Rematik, asam urat dan kolesterol)
- Penyuluhan kesehatan tentang masalah kesehatan yang biasa menyertai proses penuaan
§ Kerjasama dengan Puskesmas untuk pelaksanaan Posyandu Lansia
E. IMPLEMENTASI
1.
Diagnosa Keperawatan I :
Risiko terjadinya penyakit pada bayi/balita berhubungan
dengan :
a.
Kurangnya kesadaran masyarakat
membawa balitanya ke posyandu
b.
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat imunisasi
c.
Kurangnya kader kesehatan dan
kurang aktifnya kegiatan Posyandu di lingkungan Tokka
Implementasi :
§ Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang kesehatan ibu, bayi/ balita serta
imunisasi.
? Tanggal 02 Oktober (pukul 09.00-12.30), melakukan penyuluhan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan ibu
hamil, imunisasi TT, nutrisi ibu hamil) di Posyandu
? Tanggal 02 Oktober 2019 (pukul 09.00 – 12.30), melakukan penyuluhan
tentang imunisasi pada balita dan keluarga berencana di Posyandu.
§ kegiatan penyuluhan pemberian makanan
tambahan di Posyandu
? Tanggal 02 Oktober 2019 (pukul 09.00 – 12.30), mengadakan peyuluhan pemberian
makanan tambahan pada balita dalam rangka Posyandu.
2.
Diagnosa Keperawatan II :
Risiko terjadinya penyakit
(Diare, ISPA, DHF) dilingkungan Kasuarrang diakibatkan oleh lingkungan
yang kurang bersih dan pengolahan air minum yang tidak sehat berhubungan dengan
:
a.
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan
b.
Kurangnya kesadaran untuk hidup
sehat
Implementasi :
§ Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang sanitasi lingkungan,
pengelolaan air minum yang baik, diare dan DHF
? Tanggal 28 September 2019 (pukul 09.30 – 10.15),
melakukan penyuluhan tentang diare dan penanganannya di PAUD Tunas bangsa dusun Tokka
§ Melaksanakan kerja bakti massal (minggu bersih)
? Tanggal 27 september 2019 (pukul 08.00 – 10.00), mengadakan kerja bakti di wilayah lingkungan masjid babul jannah dusun tokka
? Tanggal 29 september 2019 (pukul 08.00 – 12.00), mengadakan kerja
bakti di wilayah dusun jambua
? Tanggal 11 oktober 2019 (pukul 08.00 – 10.00), mengadakan
kerja bakti di wilayah lingkungan
masjid babul jannah dusun tokka.
3.
Diagnosa Keperawatan III :
Risiko meningkatnya angka morbiditas lansia berhubungan
dengan :
a.
Kurangnya minat dan motivasi
masyarakat untuk memeriksakan kesehatan lansia secara teratur
b.
Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia
Implementasi :
§ Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat
(Hipertensi, DM, asam urat dan
kolesterol)
? Tanggal 25 September 2019 (pukul 08.30 – 11.00), mengadakan
penyuluhan kesehatan tentang penanganan lansia dengan hipertensi, asam urat, kolesterol di
rumah kepala dusun
§ Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang masalah kesehatan yang
biasa menyertai proses penuaan
§ Tanggal 25 September 2019 (pukul 08.30 – 11.00), mengadakan penyuluhan
kesehatan tentang proses penuaan di rumah kepala dusun.
§ Bekerjasama dengan Puskesmas untuk pelaksanaan Posyandu Lansia
? Tanggal 5 oktober 2019 (pukul 08.00 – 11.00),
mengadakan posyandu lansia dengan menggunakan sistem 5 meja di pustu dusun jambua
F. EVALUASI
1.
Diagnosa Keperawatan I :
a.
Evaluasi Struktur
Dari hasil pendataan didapatkan 4 bayi dan 27 balita yang ada di
dusun tokka,
didapatkan 2
bayi dan 11 balita tidak diimunisasi yang disebabkan oleh beberapa hal. Kegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan oleh mahasiswa kepada seluruh masyarakat termasuk
fokus pada keluarga
binaan menggunakan alat bantu
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tingkat pengetahuan
masyarakat/keluarga. Mahasiswa menyiapkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
Penyuluhan, Posyandu kepada pihak puskesmas.
b.
Evaluasi Proses
Penyuluhan dilaksanakan pada masyarakat oleh
masing-masing penanggung jawab, pembinaan dilakukan sesuai kebutuhan
/pengetahuan masyarakat. Penyuluhan didusun tokka dilaksanakan di Posyandu bersamaan
dengan pelaksanaan Posyandu yang disampaikan oleh Mahasiswa dan disamping itu.
Selain itu. Kegiatan lainnya berupa pelaksanaan penyuluhan kepada ibu hamil
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT dan nutrisi pada ibu
hamil yang disampaikan oleh mahasiswa. Keseluruhan kegiatan dapat dilaksanakan
dengan lancar sesuai rencana berkat kerjasama semua unsur yang terkait dan
dukungan dari berbagai pihak terutama masyarakat dusun tokka.
c.
Evaluasi Hasil
Penyuluhan diikuti oleh sebagian besar masyarakat dusun tokka. Setelah
diberikan penyuluhan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan Ibu hamil,
bayi/balita, penyakit menular, makanan bergizi serta kesehatan lingkungan
bertambah hal ini dibuktikan dengan antusias masyarakat yang sangat besar
melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada penyaji.
2.
Diagnosa Keperawatan II :
a.
Evaluasi Proses
Dari 106 KK yang ada didusun
tokka, terdapat 9 KK yang air minumnya tidak dimasak, 45 KK yang
mengeluhkan vektor nyamuk yang paling mengganggu serta terdapat 34 KK yang memiliki jentik
nyamuk ditempat penampungan airnya. Masalah kesehatan lingkungan ditemukan pada
semua keluarga binaan. Kegiatan
penyuluhan yang dilakukan menggunakan alat bantu yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan tingkat pengetahuan warga. Pemberitahuan kegiatan penyuluhan, kerja bakti,
dilakukan melalui pemberitahuan secara langsung lewat kepala dusun yang ada di
Lingkungan Tokka. Rencana kegiatan juga disampaikan secara langsung pada saat
melakukan kunjungan ke keluarga binaan. Kegiatan tersebut mendapat respon
positif dari warga dusun tokka. Untuk keperluan penyuluhan dan kerja bakti disediakan oleh mahasiswa.
Waktu pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan. Sebelum pelaksanaan
kegiatan, mahasiswa menghubungi Kepala dusun dan tokoh masyarakat dan pihak yang terkait. Selain itu mempersiapkan bahan dan media
yang akan digunakan serta menentukan mahasiswa yang akan memberikan penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan.
b. Evaluasi Proses
Penyuluhan
dilakukan terhadap keluarga binaan pada lingkungan rumah yang dilakukan
oleh masing-masing mahasiswa yang menjadi penanggungjawab keluarga binaan
tersebut, sedangkan penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan di PAUD tunas bangsa yang ada
di dusun tokka. Pemilihan tempat di PAUD
Tunas bangsa berdasarkan saran dari kepala sekolah PAUD tunas bangsa dan kepala dusun serta tokoh masyarakat yang ada. Pelaksanaan penyuluhan keseluruhan
berjalan lancar sesuai rencana berkat dukungan dan kerjasama dari kepala dusun, tokoh masyarakat, mahasiswa dan seluruh masyarakat Tokka. Demikian pula
dengan pelaksanaan kerja bakti pengenalan dan
penatalaksanaan beberapa penyakit dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan pembinaan
didapatkan hasil melalui wawancara dan
observasi terjadi perubahan meliputi
perubahan afektif, kognitif dan
psikomotor : warga mengatakan telah
memahami pentingnya membersihkan lingkungan rumah, memperbaiki sistim aliran
air limbah, tidak membuang sampah disembarang tempat, buang air besar di WC dan
perlunya memasak air minum.
Dari segi perilaku : tampak peningkatan kebersihan lingkungan,
aliran pembuangan air limbah lebih
lancar, lingkungan rumah lebih bersih dan untuk sarana WC umum belum dapat terealisasi
dengan kesulitan pada masalah tempat dan
dana (dusun tokka). Demikian juga dengan keberadaan
jentik nyamuk sudah berkurang dan masyarakat sudah mulai membiasakan memasak
air untuk diminum .
Bahkan dari hasil wawancara
dengan salah satu tokoh masyarakat, dampak dari perubahan ini adalah
berkurangnya kejadian diare di lingkungan warga.
3.
Diagnosa Keperawatan III :
a.
Evaluasi Struktur
Dari hasil pendataan didapatkan jumlah lansia di
Lingkungan Kasuarrang adalah 35 orang, 16 (45,7%) diantaranya
membutuhkan pelayanan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan gratis. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa yang dirangkaikan dalam kegiatan
posyandu lansia, menyiapkan alat Bantu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
pengetahuan masyarakat khususnya lansia. Hal ini disampaikan pula secara
langsung pada saat kunjungan keluarga gerontik.
b.
Evaluasi Proses
Penyuluhan kesehatan pada lansia dilaksanakan sekali
untuk secara massal dan selebihnya secara individu melalui kegiatan kunjungan
keluarga gerontik binaan. Untuk kegiatan penyuluhan kesehatan dalam rangkaian
kegiatan Posyandu, mahasiswa dan kader bersama-sama memberikan pelayanan dan
penyuluhan pada lansia. Untuk penyuluhan pada keluarga binaan yang mempunyai
anggota keluarga lansia dilaksanakan oleh masing-masing penanggungjawab dari
mahasiswa.
c.
Evaluasi Hasil
Sejumlah lansia telah mendapat penyuluhan yang
dilaksanakan pada saat pelaksanaan posyandu maupun saat kunjungan
langsung ke rumah keluarga binaan. Selain itu lansia yang mengalami masalah
kesehatan diberikan pemeriksaan
gratis hipertensi, asam urat dan kolesterol. Masyarakat
juga telah memahami bagaimana perawatan manusia usia lanjut.
BAB IV
PEMBAHASAN
Konsep keperawatan
komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan
pada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi. Peran serta aktif masyarakat
sangat mempengaruhi proses penerapan asuhan keperawatan di masyarakat itu
sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon positif dari
masyarakat terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat
Melalui
pengkaderan serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh
masyarakat, tokoh agama dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses
pemberian asuhan keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan
proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan pada proses
keperawatan di klin ik keperawatan yang meliputi: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi . Pembahasan inipun mengacu pada analisis SWOT ( Strength /
kekuatan, Weakness /kelemahan, Opportunity / kesempatan dan Threat / ancaman)
PENGKAJIAN
Pada tahap
pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori
Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi : umur, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya
komunitas. Dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas seperti
lingkungan fisik perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, keselamatan
politik, dan kebijakan pemerintah tentang kesehatan, sarana pelayanan kesehatan
yang tersedia, sistem komunikasi dan ekonomi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta
observasi langsung berdasarkan format pengkajian .
Analisis Swot :
S : Strength / kekuatan
Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dasar pengetahuan
tentang pengkajian komunitas oleh mahasiswa, adanya dukungan dari pihak
akademik khususnya tim keperawatan komunitas, tersedianya format pengkajian
komunitas yang baku dan seragam untuk seluruh posko, jumlah mahasiswa sebanyak
15 orang
sehingga memungkinkan untuk melakukan pengkajian dalam waktu yang singkat.
W :Weakness / kelemahan
Kelemahannya adalah adanya kesulitan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat setempat yang sebagian
besar menggunakan bahasa daerah dan juga
jarak rumah warga yang berjauhan.
O : Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari
tahap pengkajian adalah adanya respon positif dari masyarakat karena
kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
T : Threat / ancaman
Adalah keakuratan data yang diragukan karena pada saat
pengkajian ada beberapa rumah yang kepala keluarganya tidak berada di tempat
dan kondisi geografis dimana terdapat rumah yang terletak diatas gunung
PERENCANAAN
Analisis SWOT :
S : Strength/ Kekuatan
Kekuatan dalam
perencanaan ini meliputi kerjasama yang baik antara teman kelompok, job
description jelas, serta setiap kegiatan yang akan dilakukan memiliki
penanggung jawab/kepanitiaan.
W : Weakness / Kelemahan
Dalam menyusun perencanaan kurang melibatkan pihak
terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan. Masyarakat menginginkan mahasiswa
yang membuat rencana kegiatan dan mereka akan mendukung.
O : Opportunity / Kesempatan
Setiap
rencana kegiatan yang akan di lakukan selalu mendapat dukungan dari kepala
lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak puskesmas. Disamping itu,
tersedia pula fasilitas yang mendukung perencanaan kegiatan sepertirumah dan masjid dan posyandu di dusun tokka.
T :
Threat/Ancaman
Ancaman dalam perencanaan ini adalah ketidakpastian
sumber dana untuk membiayai setiap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
IMPLEMENTASI
S : Strength/Kekuatan
Kekuatan dari implementasi adalah persiapan
yang matang sehingga semua kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana
dengan baik.
W : Weakness/Kelemahan
Kelemahan dari implementasi adalah terkadang tidak semua anggota kelompok terlibat langsung
dalam setiap pelaksanaan kegiatan disebabkan karena ada beberapa kegiatan yang
waktu pelaksanaannya bersamaan. Selain itu keterbatasan dana menyebabkan
beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
O : Opportunity/Kesempatan
Kegiatan dapat terlaksana oleh karena
adanya kerjasama dengan pihak institusi,
dan Puskesmas dalam bentuk dana, tenaga,
dan media penyuluhan. Disamping itu, peran serta masyarakat dan keterlibatan
dalam setiap kegiatan merupakan kesempatan dari tahap implementasi.
T : Threat/Ancaman
Masalah cuaca yang tidak menentu, waktu
pelaksanaan kegiatan masyarakat tidak dapat terlibat karena memiliki kesibukan
bekerja, tidak semua kampung dapat terjangkau karena kondisi wilayah yang
berjauhan sehingga pada pelaksanaan kegiatan ada beberapa kampung yang tidak
terlibat.
EVALUASI
Ø Evaluasi struktur
Dalam
perencanaan kegiatan telah diorganisir dengan baik mencakup penunjukan penanggung jawab / kepanitiaan,
job description, dengan harapan kegiatan tersebut dalam berlangsung dengan
baik.
Ø Evaluasi proses
Pelaksanaan
kegiatan dapat berlangsung dengan baik, karena semua anggota kelompok dapat
berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan.
Ø Evaluasi hasil
Kegiatan yang terlaksana sesuai dengan rencana, yaitu penyuluhan –
penyuluhan kesehatan, posyandu balita dan lansia, kerja bakti dan pemberian
makanan tambahan. penyuluhan diare
dan sanitasi lingkungan.
Kegiatan yang tidak terlaksana yaitu pengadaan tempat sampah, hal
ini dikarenakan kurangnya dana.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil
pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan bertujuan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat yang bersifat
komprehensif melalui kerjasama dan peran
serta masyarakat. Sasaran keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga,
dan masyarakat, yang menekankan pada
upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan tidak
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
-
Asuhan keperawatan yang
diberikan, terdiri dari pengkajian, perencanan, implementasi dan evaluasi
-
Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas di dusun tokka, mahasiswa melibatkan peran
serta masyarakat melalui strategi
pembinaan wilayah dan keluarga
binaan yang akan bersama-sama dengan mahasiswa dan masyarakat lainnya dalam
mengatasi masalah kesehatan.
-
Pemilihan keluarga binaan
didasarkan pada keluarga yang berisiko tinggi, masalah actual serta rawan dalam
kesehatan.
-
Selama melakukan praktek
keperawatan komunitas, mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat
melakukan pengkajian, menetapkan
masalah, menentukan prioritas, membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan
evaluasi.
-
Adapun masalah kesehatan
yang ditemukan di dusun tokka adalah :
Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, Kurangnya pemahaman masyarakat tentang
kesehatan Ibu dan anak, kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan lanjut
usia.
-
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan bersama masyarakat dalam
mengatasi masalah tersebut antara lain : Penyuluhan kesehatan, kerja bakti
massal, penyuluhan kesehatan ibu hamil, kegiatan posyandu (1 kali), posyandu lansia
dan pemberian makanan tambahan.
-
Dari berbagai kegiatan yang
dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil
antara lain, terlaksananya kegiatan penyuluhan (pada masyarakat umum,
ibu-ibu hamil, ibu-ibu dengan balita dan lansia), meningkatnya jumlah rumah
penduduk yang tidak memiliki jentik, meningkatnya jumlah balita yang ke
posyandu untuk imunisasi terlaksananya kegiatan kerja bakti massal, terlaksananya kegiatan
posyandu balita (1 kali) dan posyandu lansia (1 kali).
-
Keberhasilan yang telah dicapai
merupakan kerja sama antara mahasiswa dan masyarakat melalui Kelompok Kerja
Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, Puskesmas, pemerintah setempat
(camat, lurah dan dusun) serta masyarakat lainnya di Lingkungan Tokka.
B. SARAN – SARAN
Setelah
seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah dilaksanakan, maka dengan
ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Kerja sama yang baik dari pihak
pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas serta aparat pemerintah setempat mulai
bupati sampai lingkungan perlu dipertahankan / ditingkatkan dimasa-masa
mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas yang berkualitas.
2.
Kerja sama antara masyarakat dan instansi
terkait agar tetap dipertahankan dan dikembangkan sehingga program yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan dengan baik.
3.
Puskesmas dan pemerintah
setempat sebaiknya memberikan pembinaan
yang berkesinambungan kepada warga agar termotivasi untuk melaksanakan program-program kesehatan
termasuk dalam melakukan pembinaan pada
keluarga yang berisiko.
4.
Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah
setempat agar senantiasa menindaklanjuti kegiatan praktik keperawatan komunitas yang
telah dilakukan oleh mahasiswa, sehingga masalah kesehatan yang timbul
dimasyarakat dapat ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson E.T.Mc
Farton .J.M Community as Chem,
Philadelphia. WB
Sauders Company, 1986
Bailon and Maglaya S.A. Family
Healt NursingThe Proces, Quenzon City: SG Bailon Maglaya . Up Coolage
Nursing
Departemen Kesehatan RI ( 1990 ) Pelaksanaan
kegiatan Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta : Depkes
RI
Departemen Kesehatan RI, Direktorat
Bina PSM ( 1987 ).Pedoman Kader di Posyandu KLB-
Kesehatan , Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, Kesehatan
Lingkungan dalam Pencegahan dan Pemberatasan Penyakit
Diare, Jakarta, Depkes RI
Departemen Kesehatan, Ditjen PPM
dan PLP, (1990 ) Buku Pedoman Pelaksanan Progaram Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),Untuk Petugas Kesehatan, Jakarta :
Depkes RI
Depertemen Kesehatan, Ditjen PPM
dan PLP (1990 ), Buku pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ( ISPA ) untuk kader, Jakarta, Depkes RI
Freeman R. B. Henrich ( 1991) Comminity
Health Nursing Practice (2nd. Ed ), Philadelphia : WB
Saunders Co
Foster,R.L. Husberg M. N and Anderson J.J.T (1989) Family
Cantered Nursing Care of Education. Philadelphia: WB.
Saunders Co
Nasrul Effendy, Drs, Dasar-dasar
Keperawatan Kesehatan Masyarakat, ed.2, EGC, Jakarta, 1998
0 komentar:
Posting Komentar